PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Setelah ibu melahirkan, maka ibu memasuki masa nifas atau yang lazim disebut puerpurium. Masa nifas (puerpurium) adalah waktu yang dimulai setelah placenta lahir dan berakhir kira-kira 6 minggu. Akan tetapi seluruh alat kandungan kembali seperti semula (sebelum hamil) dalam waktu kurang lebih 3 bulan.
Dimulai dengan kehamilan, persalinan dan dilanjutkan dengan masa nifas merupakan masa yang kritis bagi ibu dan bayinya. Kemungkinan timbul masalah dan penyulit selama masa nifas. Apabila tidak segera ditangani secara efektif akan membahayakan kesehatan, bahkan bisa menyebabkan kematian dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
Untuk itu pemberian asuhan kebidanan kepada ibu dalam masa nifas sangat perlu dilakukan yang bertujuan untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi, melaksanakan deteksi dini adanya komplikasi dan infeksi, memberikan pendidikan pada ibu serta memberikan pelayanan kesehatan pada ibu dan bayi. Selama masa nifas ibu akan mengalami berbagai perubahan.
Oleh karena itu, pelayanan atau asuhan merupakan cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu nifas normal dan mengetahui secara dini bila ada penyimpangan yang ditemukan dengan tujuan agar ibu dapat melalui masa nifasnya dengan selamat dan bayinya pun sehat.
Menurut Varney (1997), penatalaksanaan menajemen kebidanan sebagai proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode mengorganisasikan fikiran dan tindakan melibatkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian atau tahapan logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien.
Langkah-langkah penatalaksanaan menurut Varney yaitu:
Langkah 1: Tahap Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah pertama ini berisi semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Yang terdiri dari data subjektif data objektif. Data subjektif adalah yang menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa. Yang termasuk data subjektif antara lain biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, biopskologi spiritual, pengetahuan klien.
Data objektif adalah yang menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus. Data objektif terdiri dari pemeriksaan fisik yang sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi), pemeriksaan penunjang (laboratorium, catatan baru dan sebelumnya).
Langkah II : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
Langkah III: Mengidentifikasi Diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi.
Langkah IV: Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, untuk melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah V : Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan usaha yang ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.
Langkah VI : Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukan sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya.
Langkah VII: Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar tetap terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dianggap efektif jika memang benar dalam pelaksanaannya.
2. Tujuan
2.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada masa tumbuh kembang nifas, mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas.
2.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu:
1. Melaksanakan pengkajian pada bufas
2. Menginterpretasi data
3. Mengantisipasi masalah potensial
4. Mengidentifikasi kebutuhan segera
5. Merencana tindakan dan rasionalisasi
6. Melakukan rencana tindakan
7. Melaksanakan evaluasi
PEMBAHASAN
- 1. Evaluasi secara terus menerus
- Waspada perdarahan post partum
- Melakukan rangsangan
- Evaluasi tinggi fundus uteri
- Pengukuran vital sign
Suhu badan pasca persalinan dapat naik lebih dari 0,5°C dari keadaan normal. Tetapi tidak lebih dari 39°C sesudah 12 jam pertama setelah melahirkan. Umumnya suhu badan kembali normal. Bila lebih dari 38°C kemungkinan ada infeksi.
(2) Nadi
Nadi umumnya 60-80 x/menit dan segera setelah partus dapat terjadi takikardi. Bila terdapat takikardi dan badan tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan/penyakit jantung. Pada nifas umumnya denyut nadi lebih labil dibanding suhu badan.
- Proses adaptasi psikologi pasien dan suami
- Kemajuan proses laktasi
- Masalah pada payudara
a. Bendungan Payudara
- Suhu tidak lebih dari 38,5°C
- Terjadi dalam minggu-minggu pertama PP
b. Mastitis
- Suhu lebih dari 38,5°C
- Terjadi pada minggu ke-2 PP
- Bengkak, keras, kemerahan, nyeri tekan
- Intake cairan dan makanan
- Makanan dengan diit seimbang untuk dapat protein, vitamin dan mineral yang cukup.
- Minum air putih ± 3 liter setiap hari
- Minum pil penambah darah selama 40 hari pasca persalinan.
- Perkembangan keterkaitan pasien dengan bayinya
a. Teori Reva Rubin
Penekanan teori rubin ® pencapaian peran ibu. Seorang wanita membutuhkan proses belajar melalui serangkaian aktivitas berupa latihan-latihan. Pencapaian peran ibu dimulai selama hamil sampai 6 bulan setelah persalinan.
b. Teori Ramonat T Marcer
Penekanan ® stres ante partum dan pencapaian peran ibu. Menjadi seorang ibu berarti memperoleh identitas baru yang membutuhkan pemikiran dan pengenalan yang lengkap tentang diri sendiri.
Langkah-langkah dalam pelaksanaan peran ibu adalah
- Antisipatori
Yaitu masa sebelum menjadi ibu, penyesuaian sosial dan psikologi terhadap peran barunya dengan mempelajari apa yang dibutuhkan untuk menjadi seorang ibu.
- Formal
Yaitu dimulai dengan peran sesungguhnya seorang ibu.
- Informal
Yaitu ibu mampu menemukan jalan yang baik untuk melaksanakan peran seorang ibu.
- Personal
Yaitu wanita yang telah mahir dalam melaksanakan perannya.
c. Teori Jean Ball
Penekanan ® agar ibu mampu melaksanakan tugasnya sebagai ibu baik fisik dan psikologis. Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan teori ini terbentuk 3 element :
1. Pelayanan maternitas
2. Pandangan masyarakat terhadap keluarga
3. Support terhadap kepribadian wanita
*Bounding dan Attachment
1. Menurut Nelson (1986)
- Banding = dimulainya interaksi emosi sensorik, fisik antara orangtua dan bayi segera setelah lahir.
- Attachment = ikatan efektif yang terjadi diantara individu (pencurahan perhatian, hubungan emosi dan fisik yang akrab).
2. Benner dan Brown (1989)
- Bounding = terjadi hubungan orangtua dan bayi sejak awal kehidupan.
- Attachment = pencurahan kasih sayang diantara individu.
- Kemampuan dan kemauan pasien untuk berperan dalam perawatan bayinya
- Mendokumentasikan
- 2. Gangguan rasa nyeri
- Nyeri perineum
2) Mandi dengan air hangat ( walaupun hanya akan mengurangi sedikit rasa nyeri)
- Nyeri berhubungan seksual pertama kali setelah melahirkan
- Nyeri punggung
2) Melakukan fisioterapi ( masase dan penyinaran)
3) Menjaga postur tubuh yang baik ( misalnya, duduk selalu tegak, posisi tidur yang nyaman bantal tidak terlalu tinggi)
- Nyeri pada kaki
2) Tidur posisi kaki lebih tinggi daripada badan
3) Masase kaki menggunakan minyak kelapa
- Nyeri pada kepala (sakit kepala)
2) Kompres air hangat di tengkuk
3) Masase pada punggung
- Nyeri pada leher dan bahu
2) Masase bahu dna punggung
3) Mengusahakan posisi tidur yang nyaman dan istirahat cukup
- 3. Mengatasi infeksi
Tanda atau gejala infeksi
- Nadi cepat ( 110 kali/ menit atau lebih)
- Temperature tubuh diatas 38 derajad celcius
- Kedinginan
- Cairan vagina yang berbau busuk
- Mengkaji penyebab infeksi
- Memberikan antibiotika
- Memberikan roborantia
- Meningkatkan asupan gizi ( diet tinggi kalori tingi protein )
- Meningkatkan intake cairan
- Mengusahakan istirahat yang cukup
- Melakukan perawatan luka yang infeksi ( jika penyebab infeksi karena adanya luka yang terbuka )
- 4. Mengatasi cemas
Untuk mengatasi cemas :
- Mengkaji penyebab cemas
- Melibatkan keluarga dalam mengkaji penyebab cemas dan alternative penanganannya
- Memberikan dukungan mental dan spiritual kepada pasien dan keluarga
- Menfasilitasi kebutuhan pasien yang terkait dengan penyebab cemas:
2) Sebagai konselor
3) Pendekatan yang bersifat spiritual
- 5. Menjelaskan tentang gizi, KB, tanda bahaya, hubungan seksual, senam nifas, perawatan perineum, perawatan bayi sehari-hari
- Gizi
2) Banyak sayur dan buah
3) Banyak minum air putih, minimal 3 liter sehari, terutama setelah menyusui
4) Menambah kalori 500mg sehari
5) Mengkonsumsi tablet vitamin A dan zat besi selama nifas.
- KB
2) Biasnya wanita tidak akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi haid nya selama meneteki (amenore laktasi). Oleh karena itu, metode amenore laktasi dapat dipakai sebelum haid pertama kembali untuk mencegah terjadinya kehailan baru. Risiko cara ini ialah 2 % kehamilan.
3) Meskipun beberapa metode KB mengandung risiko, penggunaan kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu sudah haid lagi.
4) Sebelum menggunakan metode KB, hal hal berikut sebaiknya dijelaskan kepada ibu :
- Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan dan efektivitasnya
- Kelebihan/ keuntungan
- Kekurangannya
- Efek samping
- Bagaimana menggunakan metode itu
- Kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk wanita pasca persalinan yang menyusui
6) Mengkaji keinginan pasangan mengenai siklus reproduksi yang mereka inginkan.
7) Mendiskusikan dengan suami
8) Menjelaskan maisng-masing metode alat kontrasepsi
9) Memastikan pilihan alat kontrasepsi yang paling sesuai dengan pasien
- Tanda bahaya
Sebelum meninggalkan ibu, pastikan bahwa ia dapat berkemih sendiri dan keluarganya mengetahui bagaimana menilai kontraksi dan jumlah darah yang keluar.
Mengajarkan pada mereka bagaimana mencari pertolongan jika ada tanda tanda bahaya seperti :
- Demam
- Febris puerpuralis
- Mastilitis
- Flegmasia Alba Dolens
- Perdarahan aktif
- Keluar banyak bekuan darah
- Lemas luar biasa
- Penyulit dalam menyusukan bayinya
- Nyeri panggul atau abdomen yang lebih hebat dari nyeri kontraksi biasa
- Pengeluaran pervagina yang berbau menusuk/menyengat.
- Rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung
- Rasa sakit kepala yang terus-menerus, nyeri epigastrik, atau masalah penglihatan
- Pembengkakan di wajah atau di tangan
- Demam, muntah, rasa sakit waktu BAK, atau jika merasa tidak enak badan.
- Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan sakit
- Kehilangan nafsu makan dalam jangka waktu yang lama
- Rasa sakit, warna merah, pembengkakan di kaki
- Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh bayi atau dirinya sendiri.
- Merasa sangat letih atau nafas terengah-engah
- Hubungan seksual
Di awal selesai masa nifas, melakukann hubungan seksual dengan hati-hati karena biasanya akan nyeri pada perineum. Mendiskusikan dengan suami mengenai pola dan teknik hubungan seksual yang nyaman. Memberikan pengertian pada suami mengenai kemungkinan keluhan yang akan dialami istri saat berhubungan seksual yang pertama kali setelah melahirkan
- Senam nifas
1) Senam nifas dilakukan pada hari pertama post partum
2) Dilakukan 2 kali sehari
3) Setiap macam gerakan dilakukan 5-10 kali
- Perawatan perineum
2) Menghindari menyentuh luka perineum dengan tangan
3) Membersihkan kemaluan selalu dari arah depan ke belakang
4) Menjaga kebersihan daerah perineum ( mengganti pembalut setiap kali sudah penuh atau minimal 3 kali sehari)
10. Perawatan bayi sehari-hari
1) Mempertahankan lingkungan bayi tetap hangat untuk menjaga supaya tidak terjadi penurunan suhu bayi
2) Mencegah iritasi kulit bayi dengan selalu menjaga kebersihan tangan bayi atau pengasuh bayi
3) Jika bayi mengalami iritasi kulit, hindari pemakaian bedak pada lokasi iritasi
4) Mengolesi kulit yang iritasi dengan salep sesuai resep dokter atau jika iritasi ringan cukup olesi dengan minyak kelapa bersih.
5) Menjaga kebersihan kulit bayi, menghindari kulit lembab dnegan mengganti baju bayi minimal 2 kali sehari atau sewaktu-waktu ketika basah oleh keringat atau terkena muntahan
6) Menghindari menggosok kulit bayi terlalu keras ketika membersihkan daerah anus dan genital
7) Jika ditemukan tanda-tanda alergi padakulit, misalnya kemerahan dan bintik-bintik, segera konsultasikan ke dokter dan menghentikan untuk sementara produk sabun bayi yang digunakan.
8) Mengusahakan menjemur bayi tiap pagi antara pukul 06.30 sampai dengan pukul 07.00.
9) Untuk kenyamanan bayi, pijat kaki dan tanga bayi menjelang tidur menggunakan baby oil.
10) Membersihkan sekitar mulut bayi setiap memberikan minum pada bayi.
11) Menghindari memijat pada daerah perut bayi.
12) Untuk menghindari trauma kulit bayi karena kuku bayi yang tajam dan panjang, mengusahakan sellau memakaikan sarung tangan pada bayi.
13) Memilih bahan baju yang tidak kaku dan menyerap keringat untuk bayi.
14) Menyediakan selalu minyak telon/kayu putih sebagai antisipasi jika bayi. mengalami gangguan perut (kembung) atau kedinginan.
- 6. Memberikan kenyamanan pada ibu
1) Istirahat
- Menganjurkan ibu untuk beristirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
- Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan rumah tangga biasa perlahan-lahan.
- Menyarankan ibu untuk tidur siang.
- Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal:
1. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
2. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
3. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
2) Personal Higiene
- Menganjurkan ibu menjaga kebersihan seluruh tubuh
- Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air
- Menyarankan ibu untuk ganti pembalut minimal 2 kali sehari
- Menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah genetalia.
- Nasehati ibu untuk membersihkan dari setiap kali BAB atau BAK.
- Jika ibu mempunyai luka episiotomi/laserasi sarankan pada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.
- 7. Membantu ibu untuk menyusui bayi
- Mengupayakan berada dalam posisi yang senyaman mungkin saat menyusui.
- Payudara dalam keadaan bersih.
- Lebih efektif jika posisi ibu duduk.
- Mengusahakan perut bayi menempel perut ibu.
- Menyendawakan bayi setiap selesai menyusui.
- Menyusui minimal setiap 3 jam sekali atau setiap bayi meminta ( on demand )
- 8. Memfasilitasi menjadi orang tua
- Memberikan dukungan dan keyakinan pada pasangan akan kemampuan mereka sebagai orang tua
- Mengupayakan untuk belajar merawat bayi selama ini telah dilakuakn sudah cukup bagus
- Perlu persiapan mental dan material karena anak adalah suatu anugerah sekaligus amanah yang harus dirawat sebaik-baiknya
- Dengan adanya anak akan mengubah beberapa pola dan kebiasaan sehari-hari, misalnya waktu istirahat, perhatian terhadap pasangan, komunikadi, tuntutan dan tanggung jawab orang tua sebagai pendidik bagi anak.
- 9. Persiapan pulang
Imunisasi dan informasi tentang KB sangat dianjurkan untuk disampaikan kepada orang tua sebelum pulang dan diberikan jadwal untuk selalu kunjungan ke tempat pelayanan kesehatan sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Sebelum pulang, mengusahakan bahwa ibu telah diberi pengetahuan dan latihan yang cukup untuk menjaga dan merawat bayi serta dirinya. Tak luput juga dari pihak suami untuk menemani dan mendukung upaya-upaya dalam menjaga kesehatan bayi dan ibu.
PENUTUP
Kesimpulan
Dari berbagai uraian masalah penerapan manajemen kebidanan dalam merencanakan Asuhan Kebidanan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam melakukan pengkajian diperlukan komunikasi terapeutik yang baik dengan klien sehingga dapat diperoleh data yang lengkap.
2. Dengan menganalisa data secara cermat maka akan dibuat diagnosa masalah.
3. Dalam menyusun rencana tindakan asuhan kebidanan tidak mengalami kesulitan jika kerjasama yang baik dengan klien.
4. Pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan prioritas masalah didasarkan perencanaan tindakan yang disusun.
5. Hasil evaluasi dari kegiatan yang telah dilaksanakan merupakan penilaian tentang keberhasilan asuhan kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA
- Depkes RI. 2002. Asuhan Persalinan Normal. JHPIEGO. Jakarta.
- Depkes RI. 2001. Konsep Asuhan Kebidanan. JHPIEGO. Jakarta.
- Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetry Jilid I. EGC: Jakarta.
- Manuaba, Ida Bagus Gede. 1998. Sinopsis Obstetry Jilid I. EGC. Jakarta.
- Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
- Pusdiknakes. 2001. Konsep Asuhan Kebidanan. JHPIEGO. Jakarta.
- Saifudin, Abdul Bahri. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal. JHPIEGO. Jakarta.
- Prawirohardjo, Sarwono. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
- Saifudin, Abdul Bahri. 2002. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
- Varney, Hellen. 2001. Buku Saku Bidan. Jakarta: EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar