Minggu, 08 Januari 2012

ASKEB II TERMOREGULASI


BAB I
PENDAHULUAN

1.1              LATAR BELAKANG
Perubahan kondisi terjadi pada neonatus yang baru lahir. Di dalam tubuh ibunya, suhu tubuh fetus selalu terjaga, begitu lahir maka hubungan dengan ibunya sudah terputus dan neonatus harus mempertahankan suhu tubuhnya sendiri melalui aktifitas metabolismenya.
Semakin kecil tubuh neonatus, semakin sedikit cadangan lemaknya. Semakin kecil tubuh neonatus juga semakin tinggi rasio permukaan tubuh dengan massanya.
Suhu permukaan kulit meningkat atau turun sejalan dengan perubahan suhu lingkungan. Sedangkan suhu inti tubuh diatur oleh hipotalamus. Namun pada pediatrik, pengaturan tersebut masih belum matang dan belum efisien. Oleh sebab itu pada pediatrik ada lapisan yang penting yang dapat membantu untuk mempertahankan suhu tubuhnya serta mencegah kehilangan panas tubuh yaitu rambut, kulit dan lapisan lemak bawah kulit. Ketiga lapisan tersebut dapat berfungsi dengan baik dan efisien atau tidak bergantung pada ketebalannya. Sayangnya sebagian besar pediatrik tidak mempunyai lapisan yang tebal pada ketiga unsur tersebut. Transfer panas melalui lapisan pelindung tersebut dengan lingkungan berlangsung dalam dua tahap. Tahap pertama panas inti tubuh disalurkan menuju kulit. Tahap kedua panas tubuh hilang melalui radiasi, konduksi, konveksi atau evaporasi.
1.2       RUMUSAN MASALAH
Makalah ini membahas tentang Perlindungan Termal atau Termoregulasi Pada Bayi Segera Setelah Lahir.
1.3       TUJUAN
            Memberikan penjelasan tentang definisi termoregulasi, faktor yang berperan dalam kehilangan panas, tanda dan gejala hipotermia, mekanisme kehilangan panas, pencegahan kehilangan panas dan praktek memandikan yang dianjurkan.
                                                         BAB II
ISI

2.1.      PENGERTIAN        
            Termoregulasi adalah kemampuan untuk menjaga keseimbangan antara pembentukan panas dan kehilangan panas agar dapat mempertahankan suhu tubuh di dalam batas batas normal. Bayi segera setelah lahir dilakukan Inisiasi Menyusui Dini (kontak kulit ibu ke kulit bayi) dan Intake makanan yang adekuat merupakan suatu hal yang penting untuk mempertahankan suhu tubuh..
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan cenderung mengalami stress fisik akibat adanya perubahan suhu di luar uterus. Fluktuasi (naik turunya) suhu di dalam uterus minimal, rentang maksimal hanya 0,6ºC karena cairan ketuban dalam uterus suhunya relatif tetap. Suhu di dalam uterus sekitar 36ºC-37ºC sedangkan suhu ruangan sekitar 24ºC-32ºC maka bayi segera setelah lahir akan menyesuaikan diri terhadap lingkungan di luar uterus yang sangat berbeda dengan kondisi dalam uterus.
2.2.      FAKTOR YANG BERPERAN DALAM KEHILANGAN PANAS BAYI
            3 Faktor yang paling berperan dalam kehilangan panas pd tubuh bayi :
1.         Luas permukaan tubuh bayi.
2.         Pusat pengaturan suhu tubuh bayi yg belum berfungsi secara sempurna.
3.         Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas.    
Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Timbunan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat, seorang bayi menggunakan glukosa untuk mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh seorang bayi baru lahir dan cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan semakin banyak persediaan lemak coklat bayi.
Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan asidosis. Sehingga upaya pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada bayi baru lahir. Suhu tubuh normal pada neonatus adalah 36,5ºC-37,5ºC melalui pengukuran di aksila dan rektum, jika nilainya turun dibawah 36,5ºC maka bayi mengalami hipotermia.
2.3.      TANDA DAN GEJALA HIPOTERMIA
Hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu di sekeliling bayi rendah dan upaya mempertahankan suhu tubuh tidak diterapkan secara tepat terutama pada masa stabilisasi yaitu 6-12 jam pertama setelah lahir. Misalkan bayi baru lahir dibiarkan basah dan telanjang selama menunggu plasenta lahir meskipun lingkungan di sekitar bayi cukup hangat.
Gejala awal hipotermi apabila suhu <36°C atau kedua kaki & tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi terasa dingin maka bayi sudah mengalami hipotermi sedang (suhu 32-36°C). Disebut hipotermi berat bila suhu <32°C, diperlukan termometer ukuran rendah (low reading thermometer) yang dapat mengukur sampai 25°C. (Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo, 2001). Disamping sebagai suatu gejala, hipotermi merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian. (Indarso, F, 2001). Sedangkan menurut Sandra M.T. (1997) bahwa hipotermi yaitu kondisi dimana suhu inti tubuh turun sampai dibawah 35°C.
Tanda dan Gejala hipotermia:
1.        Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi kurang aktif, letargis, hipotonus, tidak kuat menghisap ASI dan menangis lemah.
2.        Pernapasan megap-megap dan lambat, denyut jantung menurun.
3.        Timbul sklerema : kulit mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian punggung, tungkai dan lengan.
4.        Muka bayi berwarna merah terang
5.        Hipotermia menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme tubuh yang akan berakhir dengan kegagalan fungsi jantung, perdarahan terutama pada paru-paru, ikterus dan kematian.
2.4.      MEKANISME KEHILANGAN PANAS TUBUH BAYI
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara berikut:
1.             Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Kehilangan panas juga terjadi pada bayi yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti. Misal : BBL tidak langsung dikeringkan dari air ketuban.
2.             Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan diatas benda-benda tersebut. Misal : popok/celana basah tidak langsung diganti.
3.             Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi konveksi aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan. Misal : BBL diletakkan dekat pintu/jendela terbuka.
4.             Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung). misal : BBL diletakkan ditempat yang dingin.
2.5.      PENCEGAHAN KEHILANGAN PANAS
Mekanisme pengaturan temperatur tubuh pada bayi baru lahir, belum berfungsi sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas tubuh maka bayi baru lahir dapat mengalami hipotermia. Bayi dengan hipotermia, sangat berisiko tinggi untuk mengalami kesakitan berat atau bahkan kematian. Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun berada di dalam ruangan yang relatif hangat.
Mengatasi kedinginan ini dengan memberinya selimut. Hangatkan pula suhu lingkungan atau ruangan dimana bayi berada. Jika di ruang ber-AC atur suhu AC batas maksimal( hindari suhu yang terlalu rendah) dan taruh bayi jauh dari udara AC yang berhembus. Jika perlu bisa dengan mematikan AC atau menghangatkan ubuh anak dengan lampu 60 watt yang ditempatkan di atas tempat tidurnya. Jaraknya kurang lebih 1,5 meter dari tubuh anak.
Mencegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya sebagai berikut:
1.             Keringkan tubuh bayi tanpa menghilangkan verniks
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Verniks akan membantu menghangatkan tubuh bayi. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi di atas perut ibu.
2.             Letakkan bayi agar terjadi kontak kulit ibu ke kulit bayi
Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi sedikit lebih rendah dari puting payudara ibu. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
3.             Selimuti ibu dan bayi dan pakaikan topi di kepala bayi
Selimuti tubuh ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi. Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
4.             Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Lakukan penimbangan setelah satu jam kontak kulit ibu ke kulit bayi dan bayi selesai menyusu. Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian), sebelum melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih, berat bayi pada saat berpakaian/diselimuti dikurangi dengan berat pakaian/selimut. Bayi sebaiknya dimandikan sekitar enam jam atau lebih setelah lahir. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia yang sangat membahayakan kesehatan bayi baru lahir.
Catatan: Jangan memandikan bayi sebelum 6 jam setelah lahir
2.6       PRAKTEK MEMANDIKAN BAYI YANG DIANJURKAN
Praktik memandikan bayi yang dianjurkan:
1.             Tunggu sedikitnya 6 jam setelah lahir, sebelum memandikan bayi (lebih lama jika bayi mengalami asfiksia atau hipotermi).
2.             Sebelum memandikan bayi, periksa bahwa suhu tubuh bayi stabil (suku aksila antara 36.5ºC – 37.5ºC). jika suhu tubuh bayi masih dibawah 36.5ºC, selimuti kembali tubuh bayi secara longgar, tutupi bagian kepalanya dan tempatkan bersama ibunya di tempat tidur atau lakukan persentuhan kulit ibu-bayi dan selimuti keduanya. Tunda memandikan bayi hingga suhu tubuh bayi tetap stabil dalam waktu (paling sedikit) satu jam.
3.             Tunda untuk memandikan bayi yang sedang mengalami masalah pernafasan.
4.             Sebelum bayi dimandikan, pastikan ruang mandinya hangat dan tidak ada tiupan angin. Siapkan handuk bersih dan kering untuk mengeringkan tubuh bayi dan beberapa lembar kain atau selimut bersih dan kering untuk menyelimuti tubuh bayi setelah dimandikan.
5.             Mandikan bayi secara cepat dengan air bersih dan hangat.
6.             Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk yang bersih dan kering.
7.             Ganti handuk yang basah dengan selimut bersih dan kering, kemudian selimuti tubuh bayi secara longgar. Pastikan bagian kepala bayi diselimuti dengan baik.
8.             Bayi dapat diletakkan bersentuhan kulit dengan ibu dan diselimuti dengan baik.
9.             Usahakan Ibu dan bayi dirawat pada satu tempat (rawat gabung) dan anjurkan ibu untuk menyusui bayinya.
10.         Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. Idealnya bayi baru lahir ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan ibunya di tempat tidur yang sama. Menempatkan bayi bersama ibunya adalah cara yang paling mudah untuk menjaga bayi agar tetap hangat, mendorong ibu segera menyusukan bayinya dan mencegah paparan infeksi pada bayi.
11.         Bayi jangan di bedong terlalu ketat. Hal ini akan menghambat gerakan janin.








BAB III
PENUTUP

3.1              KESIMPULAN
1.         Termoregulasi adalah kemampuan untuk menjaga keseimbangan antara pembentukan panas dan kehilangan panas agar dapat mempertahankan suhu tubuh di dalam batas batas normal.
2.         Faktor yang paling berperan dalam kehilangan panas pd tubuh bayi :
a.                             Luas permukaan tubuh bayi.
b.                            Pusat pengaturan suhu tubuh bayi yg belum berfungsi secara sempurna.
c.                             Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas.
3.         Tanda dan Gejala hipotermia:
a.    Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi kurang aktif, letargis, hipotonus, tidak kuat menghisap ASI dan menangis lemah.
b.    Pernapasan megap-megap dan lambat, denyut jantung menurun.
c.    Timbul sklerema.
d.   Muka bayi berwarna merah terang
e.    Hipotermia menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme tubuh
4.         Bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara berikut
a.    Radiasi: panas tubuh bayi memancar kelingkungan sekitar bayi yang lebih dingin, misal: BBL diletakkan ditempat yang dingin.
b.    Evaporasi: cairan/air ketuban yang membasahi kulit bayi menguap, misal: BBL tidak langsung dikeringkan dari air ketuban.
c.    Konduksi: pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi langsung kontak dengan permukaan yang lebih dingin, misal: popok/celana basah tidak langsung diganti.
d.   Konveksi: hilangnya panas tubuh bayi karena aliran udara sekeliling bayi, misal: BBL diletakkan dekat pintu/jendela terbuka.
5.         Mencegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya sebagai berikut:
a.     Keringkan tubuh bayi tanpa menghilangkan verniks
b.    Letakkan bayi agar terjadi kontak kulit ibu ke kulit bayi
c.     Selimuti ibu dan bayi dan pakaikan topi di kepala bayi
d.    Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Catatan: Jangan memandikan bayi sebelum 6 jam setelah lahir
3.2              SARAN
1.         Bayi segera setelah lahir jangan terlalu lama dibiarkan basah dan telanjang selama menunggu plasenta lahir meskipun lingkungan di sekitar bayi cukup hangat.
2.         Lakukan Inisiasi Menyusui Dini dalam mempertahankan suhu tubuh bayi.
3.         Jika bayi terjadi hipotermia, ditunda dahulu dalam memandikan bayi lahir sampai suhu tubuh normal.
4.         Bidan harus sering melakukan pengukuran suhu di aksila atau rektum, untuk mendeteksi dini terjadinya hipotermia.
5.         Petugas kesehatan sebaiknya menyiapkan tempat melahirkan yang hangat, kering dan bersih.
6.         Bidan memberikan konseling terhadap keluarga pasien dan ibu bayi agar selalu menjaga kehangatan tubuh bayinya.







                                     DAFTAR PUSTAKA


Wiknjosastro, Adriaansz, dkk. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK-KR.

Sulistyawati, Ari, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Jakarta : Salemba Medika.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar