Minggu, 08 Januari 2012

ASKEB II RESUSITASI


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Praktik resusitasi bayi baru lahir mengalami  perkembangan yang pesat dalam 40tahun terakhir.  Secara teoritis, fasilitas dan tenaga ahli resusitasi harus tersedia di tempat kelahiran bayi, baik di rumah sakit maupun di rumah. Resusitasi bayi baru lahir harus mengikuti pendekatan yang sistematis. Resusitasi dasar dilakukan dan diteruskan dengan resusitasi  lanjutan hanya apabila bayi tidak membaik.
Waktu adalah hal yang paling penting. Keterlambatan resusitasi akan membahayakan bayi. Bertindaklah dengan cepat, akurat dan lembut. Tindakan dianjurkan untuk setiap situasi spesifik. Setelah tindakan dilakukan, evaluasi ulang harus dilakukan dan tindakan selanjutnya dikerjakan sampai situasi stabil tercapai. Hal ini merupakan prinsip resusitasi yang sederhana dan sering diabaikan. Tiga parameter kunci yang perlu dievaluasi adalah frekuensi jantung,  aktifitas pernapasan dan warna kulit.
Sementara asfiksia saat lahir merupakan alasan utama untuk resusitasi bayi baru lahir, terjadi sejumlah situasi lain diruang bersalin yang membutuhkan tindakan tambahan.
Di dalam setiap persalinan, penolong harus selalu siap melakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir. Kesiapan untuk bertindak dapat menghindarkan kehilangan waktu yang sangat berharga bagi upaya pertolongan. Walaupun hanya beberapa menit tidak bernapas, bayi baru lahir dapat mengalami kerusakan otak yang berat atau meninggal.

1.2.Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui dan memahami pengertian resusitasi.
2.      Memahami tujuan resusitasi.
3.      Memahami serangkaian tindakan resusitasi pada bayi baru lahir.
4.      Mengetahui dan memahami cara melakukan resusitasi pada bayi asfiksia.
5.      Mengetahui dan memahami cara melakukan resusitasi dengan air ketuban bercampur mekonium.


















BAB II
ISI

2.1. Pengertian Resusitasi
Resusitasi adalah segala usaha untuk mengembalikan fungsi sistem pernafasan, peredaran darah dan otak yang terhenti atau terganggu sedemikian rupa agar kembali normal seperti semula (FKUI, 2002, hal. 998).
Hal yang mendasari dilaksanakannya resusitasi pada bayi baru lahir adalah terjadinya asfiksia. Tiga kondisi patofisiologis yang menyebabkan asfiksia yaitu kurangnya oksigenasi sel, retensi karbondioksida yang berlebihan, dan asidosis metabolik. Kombinasi dari ketiga hal tersebut menyebabkan kerusakan sel dan lingkungan biokimia yang tidak coock dengan kehidupan.

2..2 Tujuan Resusitasi
Resusitasi pada bayi baru lahir ( BBL ) bertujuan untuk memulihkan fungsi pernapasan bayi baru lahir yang mengalami asfiksia dan terselamatkan hidupnya tanpa gejala sisa di kemudian hari. Kondisi ini merupakan dilema bagi penolong tunggal persalinan karena disamping menangani ibu bersalin, ia juga harus menyelamatkan bayi yang mengalami asfiksia.
Tujuan Resusitasi:      
1.      Memulihkan  fungsi pernapasan bayi baru lahir yang mengalami asfiksia
  1. Untuk oksigenasi darurat
  2. Mempertahankan jalan nafas yang bersih
  3. Membantu pernapasan
  4. Membantu sirkulasi/memulai kembali sirkulasi spontan
  5. Untuk melindungi otak secara manual dari kekurangan O2
2.3. Persiapan Resusitasi Bayi Baru Lahir
Bidan harus siap melakukan resusitasi bayi baru lahir setiap menolong persalinan. Tanpa persiapan kita akan kehilangan waktu yang sangat berharga, walau hanya beberapa menit bila BBL tidak segera bernafas, bayi dapat menderita kerusakan otak atau meninggal. Persiapan yang diperlukan adalah  persiapan keluarga, tempat, alat untuk resusitasi dan persiapan diri(bidan).
1.    Persiapan Keluarga
        Sebelum menolong persalinan, bicarakan dengan keluarga mengenai kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada ibu dan bayi dan persiapan persalinan yang dilakukan oleh penolong untuk membantu kelancaran persalinan dan melakukan tindakan yang diperlukan.
2.    Persiapan Tempat Resusitasi
       Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat resusitasi yaitu menggunakan ruangan yang hangat dan terang. Tempat resusitasi sebaiknya dekat dengan pemancar panas dan tidak berangin (jendela atau pintu yang terbuka). Ruangan yang hangat akan mencegah bayi hipotermi. Untuk sumber pemancar panas gunakan lampu 60 watt atau lampu petromak, nyalakan lampu menjelang persalinan. Tempat resusitasi hendaknya rata, keras, bersih, dan kering misalnya meja, dipan, atau diatas lantai beralas tikar. Tempat resusitasi yang rata diperlukan untuk kemudahan pengaturan posisi kepala bayi.
3.    Persiapan Alat
Sebelum menolong persalinan, selain menyiapkan alat-alat persalinan juga harus disiapkan alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu :
a.       Kain 1
Fungsi kain pertama adalah untuk mengeringkan bayi baru lahir yang basah oleh air ketuban segera setelah lahir.
a)    Sebelum persalinan akan menyediakan sehelai kain diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi. Bayi dikeringkan di atas perut ibu apabila tali pusat panjang, dapat digunakan untuk bayi asfiksia pula.
b)   Apabila tali pusat pendek, bayi dapat diletakkan di depan perineum ibu setelah lahir sampai tali pusat telah diklem dan dipotong kemudian jika perlu lakukan tindakan resusitasi.
Pada prinsipnya penggunaan kain ini ditujukan agar bayi kering dan hangat dan boleh diletakkan diatas perut ibu atau didekat perineum ibu.
b.      Kain 2
 Fungsi kain kedua adalah untuk menyelimuti/membungkus bayi baru lahir agar tetap kering dan hangat, dan mengganti kain pertama yang basah sesudah bayi dikeringkan. Kain ini diletakkan diatas tempat resusitasi digelar menutupi permukaan yang rata.
c.       Kain 3
 Fungsi kain ketiga adalah untuk mengganjal bahu bayi agar memudahkan dalam pengaturan posisi kepala bayi.  Kain digulung setebal kira-kira 3cm dan bisa disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi agar sedikit tengadah. Kain ketiga diletakkan dibawah kain kedua yang menutupi tempat resusitasi untuk mengganjal bahu.
d.      Alat resusitasi
 Kotak alat resusitasi yang berisi alat penghisap lendir delee/bola karet dan alat resusitasi tabung dan sungkup diletakkan dekat tempat resusitasi. Maksudnya agar mudah diambil sewaktu–waktu dibutuhkan untuk melakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir. Alat penghisap lendir DeLee adalah alat yang digunakan untuk menghisap lendir khusus untuk BBL. Tabung dan sunkup/balon dan sungkup merupakan alat yang sangat penting dalam tindakan ventilasi pada resusitasi, siapakan sungkup dalam keadaan terpasang dan steril. Tabung/balon serta sungkup dan alat penghisap lendir DeLee dalam keadaan steril, dan disimpan dalam kotak alat  resusitasi.
e.       Sarung tangan
f.       Jam atau pencatat waktu
4.    Persiapan Diri
Lindungan dari infeksi dengan cara :
a.    Memakai alat pelindung diri pada persalinan (celemek plastik dan sepatu tertutup)
b.      Lepaskan perhiasan seperti cincin, jam tangan sebelum cuci tangan
c.       Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau dengan campuran alkohol dan gliserin.
d.      Keringkan dengan kain/tisu bersih
e.       Selanjutnya gunakan sarung tangan (handscoon) sebelum menolong persalinan.

2.4. Keputusan Resusitasi pada Bayi Baru Lahir
Bidan harus mampu melakukan penilaian untuk mengambil keputusan guna menentukan tindakan resusitasi, yaitu :
Penilaian
Sebelum bayi lahir.
§  Apakah kehamilan cukup bulan?
Sebelum bayi lahir, sesudah ketuban pecah
  • Apakah air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan) ?
Segera setelah bayi lahir
  • Apakah bayi menangis, bernafas spontan dan teratur, bernafas megap-megap atau tidak bernafas?
  • Menilai apakah tonus otot baik?
Keputusan
Memutuskan bayi perlu resusitasi bila :
  • Bayi tidak cukup bulan dan atau bayi tidak bernafas atau megap-megap dan atau tonus otot bayi tidak baik.
  • Air ketuban bercampur mekonium
Tindakan
Mulai lakukan resusitasi segera bila :
  • Bayi tidak cukup bulan dan atau bayi tidak bernafas atau megap-megap dan atau tonus otot bayi tidak baik : lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir
  • Bila air ketuban bercampur mekonium : lakukan resusitasi dengan managemen air ketuban bercampur mekonium.

Penilaian bayi segera setelah bayi baru lahir sangat penting dilaukan dengan jalan menghadapkan bayi kearah penolong agar dapat mengamati. Lakukan penilaian cepat dalm 0 menit apakah bayi bernafas, bernafas megap-megap atau tidak bernafas, sambil meletakkan dan menyelimuti bayi di atas perut ibu atau dekat perineum. Penilaian ini menjadi dasar keputusan apakah bayi perlu resusitasi.
Apabila dalam penilaian bayi baru lahir langsung menangis atau bernafas spontan dan teratur, segera lakukan asuhan bayi baru lahir. Segera potong tali pusat, keringkan bayi, tidak perlu penghisapan jalan nafas, dekatkan segera bayi pada payudara ibu dan berikan ASI dini (kontak kulit bayi dengan kulit ibu).
Nilai atau skor Apgar tidak digunakan sebagai dasar keputusan, untuk tindakan resusitasi. Penilaian harus dilakukan segera sehingga keputusan resusitasi tidak didasarkan penilaian Apgar, tetapi cara Apgar tetap dipakai untuk menilai kemajuan kondisi BBL pada saat 1 menit dan 5 menit setelah kelahiran.
Dalam Manajemen Asfiksia, proses penilaian sebagai dasar pengambilan keputusan bukanlah suatu proses sesaat yang dilakukan satu kali. Setiap tahapan manjemen asfiksia, senantiasa dilakukan penilaian untuk membuat keputusan, tindakan yang apa yang tepat dilakukan.

2.5. Tindakan Resusitasi
Setelah melakukan penilaian dan memutuskan bahwa BBL perlu resusitasi, tindakan harus segera dilakukan. Penundaan pertolongan dapat membahayakan bayi. Letakkan bayi di tempat yang kering. Pemotongan tali pusat dapat dilakukan di atas perut ibu atau di dekat perineum.
a.       Pemotongan tali pusat di atas perut ibu
Bidan yang sudah terbiasa dan terlatih meletakkab bayi di atas kain yang ada di perut ibu dengan posisi kepala lebih rendah(sedikit ekstensi), lalu selimuti dengan kain, bagian dada dan perut dibuka kemudian lakukan pemotongan tali pusat. Tali pusat tidak usah diikat dahulu dan tidak dibubuhkan apapun dan tidak dibungkus.
b.      Pemotongan tali pusat di dekat perineum
Bila tali pusat sangat pendek, letakkan bayi baru lahir yang telah dinilai di stas kain bersih dan kering pada tempat yang telah disiapkan dekat perineum ibu, kemudian lakukan pemotongan tali pusat.
                                               
2.5.1. Tindakan Resusitasi Bayi Baru Lahir
A. Tahap Awal
Sambil melakukan langkah awal:
1. Beritahu ibu dan keluarganya bahwa bayinya memerlukan bantuan untuk memulai bernapas.
2. Minta keluarga mendampingi ibu (memberi dukungan moral, menjaga dan melaporkan kepada penolong apabila terjadi perdarahan).
Lakukan langkah awal bila bayi tidak cukup bulan dan atau bayi tidak  bernafas atau bernafas megap-megap, dan atau tonus otot tidak baik. Langkah awal perlu dilakukan secara cepat (dalam waktu 30 detik).  langkah awal yang perlu dilakukan dalam waktu 30 detik adalah :
1). Jaga bayi tetap hangat
a.    Letakkan bayi diatas kain yang ada di atas perut ibu atau dekat perineum
b.    Selimuti bayi dengan kain tersebut, potong tali pusat
c.    Pindah bayi keatas kain ditempat resusitasi
d.   Jaga bayi tetap diselimuti dan dibawah pemancar panas
2). Atur posisi bayi
a.    Baringkan bayi terlentang dengan kepala didekat penolong
b.    Ganjal bahu agar kepala sedikit ekstensi
3). Hisap lendir
Gunakan alat penghisap lendir delee dengan cara sebagai berikut :
a.    Hisap lendir mulai dari mulut dulu kemudian dari hidung
b.    Lakukan penghisapan saat alat penghisap ditarik keluar. Tidak pada waktu memasukkan
c.    Jangan lakukan penghisapan terlalu dalam (jangan lebih dari 5 cm ke dalam mulut atau lebih dari 3 cm kedalam hidung) hal itu akan menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat atau bayi tiba-tiba berhenti nafas.
4). Keringkan dan rangsang bayi
a.    Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit bantuan. Rangsangan ini dapat membantu bayi baru lahir mulai bernafas atau tetap bernafas.
b.    Lakukan rangsangan taktil dengan cara : menepuk atau menyentuh telapak kaki kemudian menggosok punggung, perut, dada atau tungkai bayi dengan telapak tangan penolong.
5). Atur kembali posisi kepala bayi dan bungkus bayi
a.       Ganti kain yang telah basah dengan kain dibawahnya
b.      Bungkus bayi dengan kain tersebut jangan menutupi muka dan dada agar bisa memantau pernafasan bayi.
c.       Atur kembali posisi bayi sehingga kepala sedikit ekstensi
6). Lakukan penilaian bayi
a.    Bila bayi bernafas normal, berikan bayi kepada ibunya kemudian letakkan bayi diatas dada ibu dan selimuti keduanya untuk penghangatan dengan cara kontak kulit bayi ke kulit ibu lalu anjurkan ibu untuk menyusui bayi sambil membelai.
b.   Bila bayi tidak bernafas atau megap-megap mulai lakukan ventilasi bayi.

B. Tahap ventilasi
Ventilasi adalah tahapan tindakan untuk memasukkan sejumlah volume udara kedalam paru dengan tekanan positif untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa bernafas spontan dan teratur. Langkah-langkah ventilasi :
1). Pasang sungkup
Pasang dan pegang sungkup agar menutupi dagu, mulut dan hidung bayi sehingga tidak ada kemungkinan udara bocor.
2). Ventilasi 2 kali
a.   Lakukan tiupan dengan tekanan 30 cm air
Tiupan awal ini sangat penting untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa mulai bernafas dan menguji apakah jalan nafas bayi terbuka.
b.      Lihat apakah dada bayi mengembang
Bila tidak mengembang periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah ekstensi kemudian periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara yang bocor. Setelah itu periksa cairan atau lendir dimulut bila ada lendir atau cairan lakukan penghisapan. Lakukan tiupan 2 kali dengan tekanan 30 cm air(ulangan), bila dada mengembang, lakukan tahapan berikutnya.
3). Ventilasi 20 kali dalam 30 detik
a.    Lakukan tiupan 20 kali dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air
b.   Pastikan dada mengembang, setelah 30 detik lakukan penilaian ulang nafas
c.    Bila bayi sudah bernafas normal, hentikan ventilasi dan pantau bayi.
d.   Bila bayi belum bernafas atau megap-megap, lanjutkan ventilasi.
4). Ventilasi, setiap 30 detik hentikan dan lakukan penilaian
a.    Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air
b.   Hentikan ventilasi setiap 30 detik
c.    Lakukan penilaian bayi apakah bernafas, tidak bernafas atau megap-megap.
d.   Bila bayi sudah bernafas normal, hentikan ventilasi dan pantau bayi dengan seksama.
e.    Bila bayi tidak bernafas atau megap-megap, teruskan ventilasi 20 kali dalam 30 detik kemudian lakukan penilaian setiap 30 detik.
5). Siapkan rujukan bila bayi belum bernafas normal sesudah 2 menit ventilasi
a.    Jelaskan kepada ibu apa yang terjadi dan mengapa
b.    Mintalah keluarga untuk mempersiapkan rujukan
c.    Teruskan ventilasi selama mempersiapkan rujukan
6). Lanjutkan ventilasi, sambil memeriksa denyut jantung bayi
a.    Lanjutkan ventilasi sampai 20 menit
b.    Hentikan ventilasi sesudah 20 menit tak berhasil.

C. Asuhan Pascaresusitasi
Setalah tindakan resusitasi, diperlukan asuhan pascaresusitasi yang merupakan perawatan intensis selama 2jam pertama. Penting sekali pada tahap ini dilakukan konseling, asuhan BBL dan pemantauan secara intensif serta pencatatan. Asuhan yang diberikan sesuai dengan hasil resusitasi yaitu:
a.       Jika resusitasi berhasil
b.      Jika perlu rujukan
c.       Jika resusitasi tidak berhasil

2.5.2. Tindakan Resusitasi BBL jika Air Ketuban Bercampur Mekonium
Mekonium merupakan tinja pertama dari BBL. Mekonium kental pekat dan berwarna hijau tua atau kehitaman. Biasanya BBL mengeluarkan mekonium pertama kali pada 12-24 jam pertama. Kira-kira pada 15% kasus, mekonium dikeluarkan bersamaan dengan cairan ketuban beberapa saat sebelum persalinan. Hal ini menyebabkan warna kehijauan pada cairan ketuban. Mekonium jarang dikeluarkan sebelum 34 minggu kehamilan. Bila mekonium terlihat sebelum persalinan bayi dengan presentasi kepala, lakukan pemantauan ketat karena hal ini merupakan tanda bahaya.
Tidak selalu jelas mengapa mekonium dikeluarkan sebelum persalinan. Kadang-kadang hal ini terkait dengan kurangnya pasokan oksigen (hipoksia). Hipoksia kan meningkatkan peristaltik usus dan relaksasi sfingter ani sehingga isi rektum (mekoneum) diekskresikan. Bayi-bayi dengan risiko tinggi gawat janin (misal; Kecil untuk Masa Kehamilan/KMK atau Hamil Lewat Waktu) ternyata air ketubannya lebih banyak tercampur oleh mekonium (warna kehijauan) dibandingkan dengan air ketuban pada kehamilan normal.
Hipoksia dapat menimbulkan refleks respirasi bayi di dalam rahim sehingga mekonium yang tercampur dalam air ketuban dapat terdeposit di jaringan paru bayi. Mekonium dapat juga masuk ke paru jika bayi tersedak saat lahir. Masuknya mekonium ke jaringan paru bayi dapat menyebabkan pneumonia dan mungkin kematian.

2.5.2.1. Langkah-langkah Resusitasi Bayi Baru Lahir dengan Air Ketuban Bercampur Mekonium
Langkah-langkah Resusitasi Bayi Baru Lahir jika Air Ketuban Bercampur Mekonium sama dengan pada bayi yang air ketubannya tidak bercampur mekonium, hanya berbeda pada:
Setelah seluruh badan bayi lahir, lakukan penilaian apakah bayi menangis/bernapas normal/megap-megap/tidak bernapas?
1.    Jika menangis atau bernapas normal, potong tali pusat dengan cepat, dilanjutkan langkah awal.
2.    Jika megap-megap atau tidak bernapas, buka mulut lebar, usap mulut dan isap lendir, potong tali pusat, dilanjutkan dengan langkah awal.
Pemotongan tali pusat dapat merangsang pernapasan bayi, apabila masih ada air ketuban dan mekonium di jalan napas, bayi bisa tersedak(aspirasi).

2.6.  Asuhan Pascaresusitasi
Asuhan pascaresusitasi adalah pelayanan kesehatan pascaresusitasi yang diberikan baik kepada BBL ataupun ibu dan keluarga. Pelayanan kesehatan yang diberikan berupa pemantauan, asuhan BBL, dan konseling.
Asuhan pascaresusitasi diberikan sesuai dengan keadaan bayi setelah menerima tindakan resusitasi. Asuhan pascaresusitasi dilakukan pada keadaan:
1.      Resusitasi Berhasil: bayi menangis dan bernapas normal sesudah langkah awal atau sesudah ventilasi. Perlu pemantauan dan dukungan.
2.      Resusitasi tidak/kurang berhasil, bayi perlu rujukan yaitu sesudah ventilasi 2 menit belum bernapas atau bayi sudah bernapas tetapi masih megap-megap atau pada pemantauan ternyata kondisinya makin memburuk
3.      Resusitasi gagal: setelah 20 menit di ventilasi, bayi gagal bernapas.

2.6.1.   Resusitasi berhasil
1.      Konseling:
a.    Jelaskan pada ibu dan keluarganya tentang hasil resusitasi yang telah dilakukan. Jawab setiap pertanyaan yang diajukan.
b.    Ajarkan ibu cara menilai pernapasan dan menjaga kehangatan tubuh bayi. Bila ditemukan kelainan, segera hubungi penolong.
c.    Anjurkan ibu segera memberi ASI kepada bayinya. Bayi dengan gangguan pernapasan perlu banyak energi. Pemberian ASI segera, dapat memasok energi yang dibutuhkan
d.   Anjurkan ibu untuk menjaga kehangatan tubuh bayi (asuhan dengan metode Kangguru).
e.    Jelaskan pada ibu dan keluarganya untuk mengenali tanda-tanda bahaya bayi baru lahir dan bagaimana memperoleh pertolongan segera bila terlihat tanda-tanda tersebut pada bayi.
2.      Pemantauan tanda-tanda Bahaya pada Bayi
a.       Tidak dapat menyusu
b.      Kejang
c.       Mengantuk atau tidak sadar 
d.      Merintih
e.       Retraksi dinding dada bawahSianosis sentral
     Rujuk segera bila ada salah satu tanda-tanda bahaya di atas, sebelum dirujuk lakukan tindakan pra rujukan
3.      Pemantauan dan Perawatan Tali Pusat
a.       Memantau perdarahan tali pusat,jika ikatan lepas betulkan oleh bidan
b.      Menjelaskan perawatan tali pusat yang benar pada ibu an keluarga

4.      Bila Napas Bayi dan Warna Kulit Normal,Berikan Bayi Kepada Ibunya
a.       Meletakkan bayi di dada ibu (kulit ke kulit),menyelimuti keduanya
b.      Membantu ibu untuk menyusui bayi dalam 1 jam pertama
c.       Menganjurkan ibu mengusap bayinya dengan kasih sayang

5.      Pencegahan Hipotermi
a.       Membaringkan bayi dalam ruangan >25 0 C bersama ibunya
b.      Mendekap bayi dengan lekatan kulit ke kulit sesering mungkin
c.       Menunda memandikan bayi sampai dengan 6-24 jam
d.      Menimbang BB terselimuti, kurangi berat selimut
e.       Menjaga bayi tetap hangat selama pemeriksaan,buka selimut bayi sebagian-sebagian.
6.      Pemberian Vitamin K1
a.       Memberikan suntikan Vitamin K1 di paha kiri anterolateral 1 Mg IM
7.      Pencegahan Infeksi
a.       Memberikan salep mata antibiotika
b.      Memberikan imunisasi Hep.B di paha kanan 0,5mL IM, 1 jam setelah pemberianvitamin K 1
c.       Memberitahu ibu dan keluarga cara pencegahan infeksi bayi
8.      Pemeriksaan Fisik
a.       Mengukur panjang badan dan lingkar kepala bayi
b.      Melihat dan meraba kepala bayi
c.       Melihat mata bayi
d.      Melihat mulut dan bibir bayi
e.       Melihat dan meraba lengan dan tungkai, gerakan dan menghitung jumlah jari
f.       Melihat alat kelamin dan menentukan jenis kelamin, adakah kelainan
g.      Memastikan adanya lubang anus & uretra,adakah kelainan
h.      Memastikan adakah BAB & BAK 
i.        Melihat dan meraba tulang punggung bayi
Setelah bidan tinggal bersama keluarga bayi untuk memantau bayi minimal 2 jam pertama.
9.      Pencatatan dan Pelaporan
a.       Melakukan pencatatan dan pelaporan kasusSebagaimana pada setiap persalinan, istilah partograf secara lengkap yang mencakupidentitas ibu, riwayat kehamilan, jalannya persalinan, kondisi ibu, kondisi janin dankondisi BBL . Penting sekali dicatat DJJ , oleh karena sering kali asfiksia bermula darikeadaan gawat janin pada persalinan. Apabila didapatkan gawat janin tuliskan apayang dilakukan. Saat ketuban pecah perlu dicatat pada partograf dan berikan penjelasan. Bila bayi mengalami asfiksia selain dicatat pada partograf perlu di buatcatatan khusus di buku harian atau buku catatan, cukup ditulis tangan.U sahakan agar mencatat secara lengkap dan jelas :
1.    Nama ibu, tempat, tanggal melahirkan dan waktunya
2.    Kondisi janin/bayi
a.    Apakah ada gawat janin sebelumnya?
b.    Apakah air ketuban bercampur mekonium?
c.    Apakah bayi menangis spontan, bernafas teratur, megap-megap atau tidak  bernapas?
d.   Apakah tonus otot baik?
3.    Waktu mulai resusitasi
4.    Langkah resusitasi yang dilakukan
5.    Hasil resusitasi

2.6.2.      Asuhan pada Bayi yang Memerlukan Rujukan
Bila bayi pascaresusitasi kondisinya memburuk, segera rujuk ke fasilitas rujukan.
Tanda-tanda Bayi yang memerlukan rujukan sesudah resusitasi
1. Frekuensi pernapasan kurang dari 30 kali per menit atau lebih dari 60 kali per menit
2. Adanya retraksi (tarikan) interkostal
3. Bayi merintih (bising napas ekspirasi) atau megap- megap (bising napas inspirasi)
4. Tubuh bayi pucat atau kebiruan
5. Bayi lemas
1.      Konseling
1. Jelaskan pada ibu dan keluarga bahwa bayinya perlu dirujuk. Bayi dirujuk bersama ibunya dan didampingi oleh bidan. Jawab setiap pertanyaan yang diajukan ibu atau keluarganya.
2. Minta keluarga untuk menyiapkan sarana transportasi secepatnya. Suami atau salah seorang anggota keluarga juga diminta untuk menemani ibu dan bayi selama perjalanan rujukan.
3. Beritahukan (bila mungkin) ke tempat rujukan yang dituju tentang kondisi bayi dan perkiraan waktu tiba. Beritahukan juga ibu baru melahirkan bayi yang sedang dirujuk.
4. Bawa peralatan resusitasi dan perlengkapan lain yang diperlukan selama perjalan ke tempat rujukan.

2.      Asuhan bayi baru lahir yang dirujuk
1. Periksa keadaan bayi selama perjalanan (pernapasan, warna kulit, suhu tubuh) dan catatan medik.
2. Jaga bayi tetap hangat selama perjalanan, tutup kepala bayi dan bayi dalam posisi “Metode Kangguru” dengan ibunya. Selimuti ibu bersama bayi dalam satu selimut.
3. Lindungi bayi dari sinar matahari.
4. Jelaskan kepada ibu bahwa sebaiknya memberi ASI segera kepada bayinya, kecuali pada keadaan gangguan napas, dan kontraindikasi lainnya

3.      Asuhan lanjutan
Merencanakan asuhan lanjutan sesudah bayi pulang dari tempat rujukkan akan sangat membantu pelaksanaan asuhan yang diperlukan oleh ibu dan bayinya sehingga apabila kemudian timbul masalah maka hal tersebut dapat dikenali sejak dini dan kesehatan bayi tetap terjaga.

2.6.3.      Resusitasi tidak berhasil
Bila bayi gagal bernapas setelah 20 menit tindakan resusitasi dilakukan maka hentikan upaya tersebut. Biasanya bayi akan mengalami gangguan yang berat pada susunan syaraf pusat dan kemudian meninggal. Ibu dan keluarga memerlukan dukungan moral yang adekuat Secara hati-hati dan bijaksana, ajak ibu dan keluarga untuk memahami masalah dan musibah yang terjadi serta berikan dukungan moral sesuai adat dan budaya setempat.
1.      Dukungan moral
Bicaralah dengan ibu dan keluarganya bahwa tindakan resusitasi dan rencana rujukan yang telah didiskusikan sebelumnya ternyata belum memberi hasil seperti yang diharapkan. Minta mereka untuk tidak larut dalam kesedihan, seluruh kemampuan dan upaya dari penolong (dan fasilitas rujukan) telah diberikan dan hasil yang buruk juga sangat disesalkan bersama, minta agar ibu dan keluarga untuk tabah dan memikirkan pemulihan kondisi ibu. Berikan jawaban yang memuaskan terhadap setiap pertanyaan yang diajukan ibu dan keluarganya. Minta keluarga ikut membantu pemberian asuhan lanjutan bagi ibu dengan memperhatikan nilai budaya dan kebiasaan setempat. Tunjukkan kepedulian atas kebutuhan mereka. Bicarakan apa yang selanjutnya dapat dilakukan terhadap bayi yang telah meninggal.
Ibu mungkin merasa sedih atau bahkan menangis. Perubahan hormon saat pascapersalinan dapat menyebabkan perasaan ibu menjadi sangat sensitif, terutama jika bayinya meninggal. Bila ibu ingin mengungkapkan perasaannya, minta ia berbicara dengan orang paling dekat atau penolong. Jelaskan pada ibu dan keluarganya bahwa ibu perlu beristirahat, dukungan moral dan makanan bergizi. Sebaiknya ibu tidak mulai bekerja kembali dalam waktu dekat.
2.      Asuhan lanjutan bagi ibu
Payudara ibu akan mengalami pembengkakan dalam 2-3 hari. Mungkin juga timbul rasa demam selama 1 atau 2 hari. Ibu dapat mengatasi pembengkakan payudara dengan cara sebagai berikut:
a.       Gunakan BH yang ketat atau balut payudara dengan sedikit tekanan menggunakan selendang /kemben/kain sehingga ASI tidak keluar.
b.      Jangan memerah ASI atau merangsang payudara.
3.      Asuhan tindak lanjut: kunjungan ibu nifas.
Anjurkan ibu untuk kontrol nifas dan ikut KB secepatnya (dalam waktu 2 minggu). Ovulasi bisa cepat kembali terjadi karena ibu tidak menyusukan bayi. Banyak ibu yang tidak menyusui akan mengalami ovulasi kembali setelah 3 minggu pasca persalinan. Bila mungkin, lakukan asuhan pascapersalinan di rumah ibu.
4.      Asuhan tindak lanjut pascaresusitasi
Sesudah resusitasi, bayi masih perlu asuhan lanjut yang diberikan melalui kunjungan rumah. Tujuan asuhan lanjut adalah untuk memantau kondisi kesehatan bayi setelah tindakan resusitasi.
Kunjungan rumah (kunjungan neonatus 0 – 7 hari) dilakukan sehari setelah bayi lahir. Gunakan algoritma Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) untuk melakukan penilaian, membuat klasifikasi, menentukan tindakan dan pengobatan serta tindak lanjut. Catat seluruh langkah ke dalam formulir tata laksana bayi muda 1 hari – 2 bulan.
a.       Bila pada kunjungan rumah (hari ke 1) ternyata bayi termasuk dalam klasifikasi merah maka bayi harus segera dirujuk.
b.      Bila termasuk klasifikasi kuning, bayi harus dikunjungi kembali pada hari ke 2.
c.       Bila termasuk klasifikasi hijau, berikan nasihat untuk perawatan bayi baru lahir di rumah.



BAB III
PENUTUP

3.1.  Kesimpulan
Resusitasi adalah segala usaha untuk mengembalikan fungsi sistem pernafasan, peredaran darah dan otak yang terhenti atau terganggu sedemikian rupa agar kembali normal seperti semula.
Tujuan resusitasi adalah memulihkan  fungsi pernapasan bayi baru lahir yang mengalami asfiksia, untuk oksigenasi darurat, mempertahankan jalan nafas yang bersih, membantu pernapasan, membantu sirkulasi/memulai kembali sirkulasi spontan, untuk melindungi otak secara manual dari kekurangan O2.
Bidan harus siap melakukan resusitasi bayi baru lahir setiap menolong persalinan. Tanpa persiapan kita akan kehilangan waktu yang sangat berharga, walau hanya beberapa menit bila BBL tidak segera bernafas, bayi dapat menderita kerusakan otak atau meninggal. Persiapan yang diperlukan adalah  persiapan keluarga, tempat, alat untuk resusitasi dan persiapan diri(bidan).
Setelah melakukan penilaian dan memutuskan bahwa BBL perlu resusitasi, tindakan harus segera dilakukan. Penundaan pertolongan dapat membahayakan bayi. Letakkan bayi di tempat yang kering. Pemotongan tali pusat dapat dilakukan di atas perut ibu atau di dekat perineum.


3.2.  Saran
Mahasiswa kebidanan diharapkan mengetahui dan memahami tentang resusitasi pad bayi baru lahir karena merupakan salah satu masalah yang harus dikuasai karena berkaitan dengan profesinya nanti. Dengan memahaminya tentu akan lebih mudah dalam menerapkannya dalam kehidupan secara nyata.


1 komentar: