Kamis, 29 Desember 2011

ASNEO ATRESIA ANI


BAB I ATRESIA ANI
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
                Atresia ani atau anus imperforata disebut sebagai malformasi anorektal, adalah suatu kelainan kongenital tanpa anus atau dengan anus tidak sempurna, termasuk Agenesis ani, Agenesis rekti dan Atresia rekti. Insiden 1 : 5000 kelahiran yang dapat muncul sebagai penyakit tersering yang merupakan syndrom VACTRERL (Vertebra, Anal, Cardial, Esofageal, Renal, Limb).
                Dalam asuhan neonatus tidak sedikit dijumpai adanya kelainan cacat kongenital pada anus dimana anus tidak mempunyai lubang untuk mengeluarkan feces karena terjadi gangguan pemisahan kloaka yang terjadi saat kehamilan. Walaupun kelainan lubang anus akan mudah terbukti saat lahir, tetapi kelainan bisa terlewatkan bila tidak ada pemeriksaan yang cermat atau pemeriksaan perineum.
                Kelainan kongenital pada anus ini biasanya disebabkan karena putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu /3 bulan, dan adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.
  1. Tujuan
1.Untuk memenuhi tugas Askeb Neonatus
2.Untuk mengetahui apa itu atresia ani
3.Untuk mengetahui penyebab dari atresia ani
4.Untuk mengetahui manifestasi klinis dari atresia ani
5. Untuk mengetahuifaktor presdisposisi dari atresia ani
6. Untuk mengetahui komplikasi dari atresia ani
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dari atresia ani.
BAB II
ISI
A.      Pengertian
Istilah atresia berasal dari bahasa Yunani yaitu “a” yang berarti tidak ada dan trepsis yang berarti makanan atau nutrisi. Dalam istilah kedokteran, atresia adalah suatu keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan normal. Atresia ani adalah malformasi congenital dimana rectum tidak mempunyai lubang keluar (Walley,1996). Ada juga yang menyebutkan bahwa atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada distal anus atau tertutupnya anus secara abnormal (Suriadi, 2001). Sumber lain menyebutkan atresia rekti dan anus adalah kondisi dimana rectal terjadi gangguan pemisahan kloaka selama pertumbuhan dalam kandungan.
Atresia rekti yaitu obstruksi pada rektum (sekitar 2 c dari batas kulit anus). Pada pasien ini, umumnya memiliki kanal dan anus yang normal. Atresia anus yaitu obstruksi pada anus.
Atresia rekti dan anus adalah kelainan congenital anus dimana anus tidak mempunyai lubang untuk mengeluarkan feces karena terjadi gangguan pemisahan kloaka yang terjadi saat kehamilan. Walaupun kelainan lubang anus akan mudah terbukti saat lahir, tetapi kelainan bisa terlewatkan bila tidak ada pemeriksaan yang cermat atau pemeriksaan perineum. Secara embriologis, saluran pencernaan berasal dari Foregut, Midgut dan Hindgut. Foregut akan membentuk faring, sistem pernafasan bagian bawah, esofagus, lambung, sebagian duodenum, hati dan sistem bilier serta pancreas. Midgut membentuk usus halus, sebagian duodenum, sekum, apendik, kolon asenden sampai pertengahan kolon transversum.  Hindgut meluas dari midgut hingga ke membrana kloaka, membrana ini tersusun dari endoderm kloaka, dan ektoderm dari protoderm/analpit. Usus terbentuk mulai minggu keempat disebut sebagai primitive gut. Kegagalan perkembangan yang lengkap dari septum urorektalis menghasilkan anomali letak tinggi atau supra levator. Sedangkan anomali letak rendah atau infra levator berasal dari defek perkembangan proktoderm dan lipatan genital. Pada anomali letak tinggi, otot levator ani perkembangannya tidak normal. Sedangkan otot sfingter eksternus dan internus dapat tidak ada atau rudimenter.
Terdapat tiga macam letak atresia :
1.       Tinggi (supralevator) → rektum berakhir di atas M.Levator ani (m.puborektalis) dengan jarak antara ujung buntu rectum dengan kulit perineum >1 cm. Letak supralevator biasanya disertai dengan fistel ke saluran kencing atau saluran genital
2.       Intermediate → rectum terletak pada m.levator ani tapi tidak
menembusnya
3.       Rendah → rectum berakhir di bawah m.levator ani sehingga jarak antara kulit dan ujung rectum paling jauh 1 cm.
Pada wanita 90% dengan fistula ke vagina/perineum
Pada laki-laki umumnya letak tinggi, bila ada fistula ke traktus urinarius
B.      Tanda dan Gejala
1.       Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.
2.       Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.
3.       Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya.
Fistula adalah sebuah terowongan yang menghubungkan dua rongga tubuh yang abnormal,seperti rectum dan vagina.terjadi karena kegagalan perkembangan yang lengkap dari septum urorektalis.
4.       Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak ada fistula).
5.       Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
6.       Pada pemeriksaan rectal touché terdapat adanya membran anal.
7.       Perut menggembung
8.       Tinja keluar dari vagina atau uretra
9.       Tidak adanya anus
10.   Dengan ada/tidak adanya fistula

C.      Etiologi
    Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1         Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur
2         Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau 3 bulan
3         Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik di daerah usus, rectum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan
Dalam kasus ini tidak terdapat faktor herediter yang bisa meningkatkan resiko bayi mengalami atresia ani dan rekti, tetapi ini merupakan gangguan bawaan pada kondisi yang ada pada saat sebelum lahir atau yang berkembang selama bulan pertama kehidupan.
                            Faktor predisposisi
            Atresia ani dapat terjadi disertai dengan beberapa kelainan kongenital saat lahir seperti :
1. Sindrom vactrel (sindrom dimana terjadi abnormalitas pada vertebral, anal, jantung, trachea, esofahus, ginjal dan kelenjar limfe).
2. Kelainan sistem pencernaan.
3. Kelainan sistem pekemihan.
4. Kelainan tulang belakang.

D.      Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang terjadi pada atresia rekti dan anus adalah kegagalan lewatnya mekonium setelah bayi lahir, tidak ada lubang atau  stenosis (penyempitan) kanal rectal, adanya membrane anal. Gejala lain yang nampak diketahui adalah jika bayi tidak dapat buang air besar sampai 24 jam setelah lahir, gangguan intestinal, pembesaran abdomen, pembuluh darah di kulit abdomen akan terlihat menonjol (Adele,1996). Bayi muntah – muntah pada usia 24 – 48 jam setelah lahir juga merupakan salah satu manifestasi klinis atresia rekti dan anus. Cairan muntahan akan dapat berwarna hijau karena cairan empedu atau juga berwarna hitam kehijauan karena cairan mekonium.

E.       Komplikasi
 Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani antara lain :
1. Asidosis hiperkioremia.
2. Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan.
3. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).
4. Komplikasi jangka panjang.
5. Eversi mukosa anal
6. Stenosis (akibat kontriksi jaringan perut dianastomosis)
7. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.
8. Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi)
9. Prolaps mukosa anorektal.
10. Fistula kambuan (karena ketegangan diare pembedahan dan infeksi)

F.       Penatalaksanaan
1.       Pembedahan
        Terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan keparahan kelainan. Semakin tinggi gangguan, semakin rumit prosedur pengobatannya. Untuk kelainan dilakukan kolostomi beberapa lahir, kemudian anoplasti perineal yaitu dibuat anus permanen (prosedur penarikan perineum abnormal) dilakukan pada bayi berusia 12 bulan. Pembedahan ini dilakukan pada usia 12 bulan dimaksudkan untuk memberi waktu pada pelvis untuk membesar dan pada otot-otot untuk berkembang. Tindakan ini juga memungkinkan bayi untuk menambah berat badan dan bertambah baik status nutrisnya. Gangguan ringan diatas dengan menarik kantong rectal melalui sfingter sampai lubang pada kulit anal fistula, bila ada harus tutup kelainan membranosa hanya memerlukan tindakan pembedahan yang minimal membran tersebut dilubangi degan hemostratau skapel.
        Pada atresia ani letak tinggi harus dilakukan kolostomi terlebih dahulu. Pada beberapa waktu lalu penanganan atresia ani menggunakan prosedur Abdomino Perineal Poli Through (APPT), tapi metode ini banyak menimbulkan inkontinen feses dan prolaps mukosa usus yang lebih tinggi. Pena dan Defries (1982) memperkenalkan metode operasi yang baru, yaitu PSARP (Postero Sagital Ano Recto Plasty). Yaitu dengan cara membelah muskulus sfingter eksternus dan muskulus levator ani untuk memudahkan mobilisasi kantong rectum dan pemotongan fistel. Tekhnik dari PSARP ini mempunyai akurasi yang sangat tinggi dibandingkan dengan APPT yang mempunyai tingkat kegagalan yang tinggi.
2.       Pengobatan
a.  Aksisi membran anal (membuat anus buatan)
b. Fiktusi yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan setelah 3 bulan dilakukan korksi sekaligus (pembuat anus permanen)

G.     Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan rectal digital dan visual adalah pemeriksaan diagnostic yang umum dilakukan pada gangguan ini.
2. Jika ada fistula, urin dapat diperiksa untuk memeriksa adanya sel-sel epitel mekonium.
3. Pemeriksaan sinyal X lateral infeksi (teknik wangensteen-rice) dapat menunjukkan adanya kumpulan udara dalam ujung rectum yang buntu pada mekonium yang mencegah udara sampai keujung kantong rectal.
          4. Ultrasound dapat digunakan untuk menentukan letak rectal kantong.
          5. Aspirasi jarum untuk mendeteksi kantong rectal dengan menusukan jarum tersebut sampai melakukan aspirasi, jika mekonium tidak keluar pada saat jarum sudah masuk 1,5 cm, dianggap defek tingkat tinggi.
              6. CT Scan,digunakan untuk menentukan lesi.
              7. Pyelografi intra vena,digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter.
              8. Pemeriksaan fisik rectum,kepatenan rectal dapat dilakukan colok dubur dengan menggunakan selang atau jari.
BAB III
PENUTUP
  1. Kesimpulan
    Atresia ani adalah kelainan congenital anus dimana anus tidak mempunyai lubang untuk mengeluarkan feces karena terjadi gangguan pemisahan kloaka yang terjadi saat kehamilan. Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur. Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani, karena ada kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau tiga bulan. Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan.
  2. Saran
1.       Bagi para ibu, agar menjaga kesehatan anaknya dan memeperhatikan tumbuh kembang anaknya. Saat ibu hamil agar menjaga asupan nutrisi,untuk menghindari kelainan-kelainan akibat ketidaksempurnaan pada proses organogenesis.
2.       Bagi tenaga kesehatan
Bagi tenaga kesehatan agar lebih memperhatikan kesehatan ibu hamil dan memantau kehaamilannya dan mencegah agar tidak ada gangguan dalam kehamilannya, sehingga nantinya anak akan lahir dengan sehat tanpa ada cacat atau kelainan lain.

DAFTAR PUSTAKA


DIII Kebidanan FK UNS semester 3 2010

1 komentar: